Jumat, 24 Februari 2012

LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN AIR DAN PENGOLAHAN LIMBAH


LAPORAN PRAKTIKUM
PENYEHATAN AIR DAN PENGOLAHAN LIMBAH
PENGUKURAN OKSIGEN TERLARUT PADA SAMPEL AIR




Disusun Oleh:
Setiya Dewi Megasari
B0903048


DIPLOMA III KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
 Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga perempat dari bagian tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum. Selain itu, air juga diperlukan untuk kepentingan memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran.
Air sangat dibutuhkan manusia dan makhluk hidup lainnya dalam jumlah yang besar dan apabila terjadi kekurangan air yang disebabkan oleh perubahan iklim akan mengakibatkan bahaya yang fatal bagi makhluk hidup. Dapat dinyatakan bahwa kualitas air merupakan syarat untuk kualitas kesehatan manusia, karena tingkat kualitas air dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesehatan masyarakat.
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestic, dan kegiatan lain berdampak negative terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air
Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme laut kedalam air, sehingga pemanfaatannya dapat terganggu. Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial, karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air. Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air. Besarnya beban pencemaran yang ditampung oleh suatu perairan, dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah polutan yang berasal dari berbagai sumber aktifitas air buangan dari proses-proses industri dan buangan domestik yang berasal dari penduduk.

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil suatu rumusan masalah “ Bagaimana cara pengukuran DO dalam air limbah dan apa saja pengaruhnya sebagai parameter kualitas air limbah”.

C.      Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1.    Mengetahui pengertian DO
2.    Mengetahui hasil pengukuran DO terhadap air sampel yang di uji.
3.    Mengetahui perbandingan hasil penguuran DO dengan standar kualitas air
















BAB II
ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA


A.    Alat
a.       Buret 50 ml dan Statif
b.      Labu Erlenmeyer
c.       Pipet Tetes
d.      Gelas ukur
e.       Gelas Kimia
f.       Corong Gelas
g.      Botol Oksigen
h.      Pipet Ukur
i.        Pipet Filler
j.        Sarung Tangan

B.     Bahan
a.       Sampel Air Irigasi Pasar Salak
  1. Sampel Limbah Pabrik Tapioka
  2. Sampel Limbah Tahu
  3. Sampel Limbah Pabrik Kayu
  4. Sampel Limbah Rumah Tangga
  5. Sampel Air Sungai
  6. Larutan MnSO4
  7. Larutan Pereaksi O2
  8. Larutan H2SO4
  9. Indikator Kanji
k.      Larutan Na-thiosulfat 0,025 N


C.    Cara Kerja
a.       Menyiapkan semua alat dan bahan yang di perlukan
b.      Memakai sarung tangan sebelum praktikum
c.       Memasukkan air ke dalam botol oksigen sampai penuh kemudian menuangkan ke dalam gelas ukur dan mengukur volumenya sebagai volume botol
d.      Memasukkan air sampel ke dalam botol oksigen sampai penuh dan menutup dengan tutup botolnya
e.       Membuka tutup botol dan menambahkan 2 ml MnSO4 pekat dan 2 ml larutan Pereaksi O2, ketika memasukkan reagent ke dalam botol oksigen sebaiknya ujung pipet ukur masuk ke dalam permukaan air, kemudian menutup kembali botol dan mengocok dengan cara membolak – balikan botol sampai homogen
f.       Mendiamkannya kurang lebih 5 menit dan mengamati warna endapan yang ada:
1.      Apabila berwarna putih, maka oksigen terlarutnya nol (tidak ada)
2.      Apabila berwarna coklat, maka di ketahui ada oksigen teerlarutnya, proses pengukuran di lanjutkan
g.      Membuka tutup botolnya dan menambahkan 2 ml H2SO4 pekat, menutup kembali botol oksigen dan mengocok dengan cara membolak – balikan botol hingga larut homogen
h.      Menuangkan isi larutan ke dalam labu erlenmeyer dan menambah 2 ml indikator amylum (kanji)
l.        Melakukan titrasi dengan Na-thiosulfat 0,025 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tepat tidak berwarna dan mencatat banyaknya Na-thiosulfat yang di gunakan
m.    OT = 1000 / vol. botol-4 x p ml x N x f x ME OMenghitung kandungan oksigen terlarut dengan rumus:






BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.      Hasil
Tabel pengukuran DO


No
Sampel
OT (mg/l)
1
Air Irigasi Pasar Salak
8,041
2
Limbah Pabrik Tapioka
0
3
Limbah Tahu
0
4
Pabrik Kayu
2,823
5
Limbah Rumah Tangga
3,379
6
Air Sungai
3,488

A.      Pembahasan
   Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan bahwa kadar DO minimum yang harus ada pada air adalah 6 mg/lt. Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter kimia air yang berperan pada kehidupan biota perairan. Penurunan oksigen terlarut dapat mengurangi efisiensi pengambilan oksigen bagi biota perairan sehingga menurunkan kemampuannya untuk hidup normal. Pengukuran DO sebagai parameter kualitas air sangat berguna karena air dengan kadar DO berlebih dapat menyebabkan dampak terhadap ekologi. Seandainya terjadi penurunan kandungan oksigen (DO rendah) maka akan meningkat nilai BOD dan COD, sehingga biota atau phitofklankton akan mati, yang pada akhirnya akan mempengaruhi siklus mata rantai makan dalam lingkungan air tersebut secara menyeluruh, terhadap komponen kimia air lainnya, kandungan DO sangat menentukan konsentrasi dan kondisi dari parameter kimia dan fisik air, baik secara selaras (saling mendukung) atau secara terbalik (bertolak belakang), seperti : DO tinggi/baik maka suhu rendah, TSS rendah (air jernih), pH netral, dll (hubungan selaras dan DO baik/tinggi maka COD/BOD rendah.serta bagi kesehatan, sumberdaya air dengan kandungan gas oksigen yang tinggi, maka air akan terasa segar dan oksigen yang terkandungnya dapat mengikat beberapa unsure kimia radikal bebas dalam tubuh dan dikeluarkan melalui sekresi/ekresi air seni dan keringat, sehingga secara umum dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Dari hasil pengukuran DO pada beberapa sampel air, didapatkan hasil DO pada air irigasi pasar salak 8,041 mg/lt; limbah pabrik tapioka 0; limbah tahu 0; pabrik kayu 2,823; limbah rumah tangga 3,379 dan pada air sungai 3,488. Hal ini menunjukkan pada sampel air limbah tapioka dan limbah tahu memiliki kadar DO terendah sehingga tingkat pencemaran pada kedua sampel air tersebut tinggi. Rendahnya kadar DO pada sampel air limbah tapioka dan air limbah tahu disebabkan
karena adanya kandungan bahan-bahan tertentu dalam air seperti bahan buangan cairan berminyak dan bahan buangan padat. Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Hal ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Adanya lapisan tersebut juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga fotosintesa tumbuhan air akan terganggu. sehingga kandungan DO pada air akan semakin rendah dan meningkatkan tingkat pencemaran. Selain itu, bahan buangan padat juga berpengaruh terhadap kadar DO dalam air.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air kadar maksimum DO yang diperbolehkan adalah 6 mg/lt. Oleh karena itu, dari hasil pengukuran kadar DO pada beberapa sampel air yang telah di uji menunjukkan bahwa air yang sesuai standar yang diperbolehkan adalah air irigasi pasar salak yaitu dengan nilai DO 8,041 mg/lt. Sementara itu sampel air yang lain belum memenuhi syarat yang telah ditentukan karena masih dibawah ambang batas yang ditentukan. Sampel air tersebut adalah limbah pabrik tapioka 0; limbah tahu 0; pabrik kayu 2,823; limbah rumah tangga 3,379 dan pada air sungai 3,488 yang menunjukkan bahwa air tersebut memiliki tingkat pencemaran yang tinggi.






BAB IV
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Dari hasil pembahsan diatas, dapat diambil kesimpulan:
1.    Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO diukur dalam bentuk konsentrasi yang menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air.
2.    Kadar DO tertinggi adalah pada air irigasi pasar salak yaitu 8,041 sedangkan yang terendah adalah pada air limbah tapioka dan air limbah tahu yaitu dengan nilai DO 0.
3.    Sampel air yang memenuhi standar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air adalah air irigasi pasar salak sedangkan yang tidak memenuhi sarat adalah limbah pabrik tapioka, limbah tahu, pabrik kayu, limbah rumah tangga dan pada air sungai.

B.       Saran
Dalam melakukan kegitan, hendaknya memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang dapat merugikan. Seperti halnya pencemaran pada perairan yang dapat menimbulkan gangguan pada ekosistem akuatik yang nantinya akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan manusia.





DAFTAR PUSTAKA


Animous.2010.Pencemaran Air.medan:USU
Oksigen Terlarut.2011.http://id.wikipedia.org/wiki/Oksigen_Terlarut.di akses tanggal 4 januari 2011
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Osean, Volume XXX, Nomor 3, 2005:21-26.
Walina, S. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak dan Penanggulangannya. Bogor: IPB.














Kamis, 23 Februari 2012

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM ENTOMOLOGI


LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI
PREPARASI PINJAL TIKUS DAN
PREPARASI NYAMUK



 






Disusun Oleh :
Setiya Dewi Megasari
B0903048


PROGRAM STUDI KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK BANJARNEGARA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes.
Rodensia atau binatang pengerat seperti tikus merupakan resevoar penyakit yang menular dari hewan ke hewan maupun dari hewan ke manusia. Tikus dapat mengkonsumsi dan mengkontaminasi makanan untuk ternak dan hewan lain, bahkan juga pada makanan manusia. Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup didekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit.
Nyamuk merupkan serangga yang mengalami metamorfosis lengkap, terdiri dari empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk memerlukan darah untuk proses pematangan telurnya. Beberapa spesies nyamuk menghisap darah terutama di malam hari seperti nyamuk Culex dan Anopheles, spesies lainnya terutama siang hari (pagi sampai sore) misalnya nyamuk A.agypty. Habitat perindukan nyamuk betina sangat bervariasi, mulai dari tempat yang semi-akuatik sampai ke sistem perairan yang luas.

B.     Tujuan
1.      Agar mengetahui cara kerja pembuatan preparasi nyamuk dan pinjal.
2.      Agar mengetahui kegunaan dari preparasi nyamuk dan pinjal.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Nyamuk merupkan serangga yang mengalami metamorfosis lengkap,terdiri dari empat  stadium yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk memerlukan darah untuk proses pematangan telurnya. Beberapa spesies nyamuk menghisap darah terutama di malam hari seperti nyamuk Culex dan Anopheles, spesies lainnya terutama siang hari (pagi sampai sore) misalnya nyamuk Aigypty.(Christopher, 2009)
Perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan umpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting palces). Nyamuk mempunyai tipe breeding palces yang berlainan seperti culex dapat berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah langsung, mansonia senang berkembang biak di kolam – kolam, rawa – rawa, danau yang banyak tanaman airnya dan Anopeheles bermacam breeding place, sesuai dengan jenis anophelesnya (Nurmaini, 2001)
Pinjal adalah serangga dari ordo Siphonaptera berukuran kecil (antara 1,5–4 mm), berbentuk pipih dibagian samping (dorso lateral). Kepala-dada-perut terpisah secara jelas. Pinjal tidak bersayap, berkaki panjang terutama kaki belakang, bergerak aktif di antara rambut inang dan dapat meloncat. Serangga ini berwarna coklat muda atau tua, ditemukan hampir di seluruh tubuh inang yang ditumbuhi rambut. Pinjal dewasa bersifat parasitik sedang predewasnya hidup di sarang, tempat berlindung atau tempat-tempat yang sering dikunjungi tikus.(Rabea Pangerti .J, 1995) menambahkan, Xenopsylla cheopis; merupakan pinjal yang dapat bertindak sebagai vektor penyakit yang disebabkan oleh Rickettsia disebut Murine Typhus yang dapat ditularkan dari tikus ke tikus dan hewan percobaan lainnya atau bahkan dapat menular dari tikus ke manusia, melalui gigitan pinjal tersebut.



BAB III
MATERI DAN METODE

A.    Materi
1)      Pembuatan preparasi pinjal tikus
Ø Alat
Ø Bahan
·      Object glass
·      Tikus
·      Dek glass
·      Pinjal
·      Cawan petri
·      KOH 10%
·      Nampan
·      NaoH 5%
·      Karung
·      Chloroform
·      Sisir / sikat
·      Aquadest
·      Penggaris
·      Alkohol 96%

2)      Pembuatan preparasi nyamuk
Ø Alat
Ø Bahan
·      Pinset
·      Kapas
·      Pin punch
·      Nyamuk
·      Jarum pinning
·      Alkohol
·      Mikroskop

·      Kutek

·      Cawan petri

·      Bridder

·      Kertas






B.     Metode
1)      Cara kerja preparasi Pinjal
·      Masukkan tikus ke dalam karung, lalu bius dengan chloroform
·      Setelah pingsan taruh tikus dalam nampan
·      Ukur pj. Total, pj. Kaki, pj. Daun telinga, dan pj. Ekor tikus
·      Untuk memperoleh pinjal tikus tersebut, sisir tikus dari ujung ekor ke ujung kepala
·      Setelah pinjal didapat, rendam pinjal dalam aquadest selama 4 jam
·      Kemudian rendam dalam KOH 10% selama 24 jam
·      Setelah itu rendam lagi dengan Na0H 5% selama 5 jam
·      Kemudian pinjal dipress dan di tetesi dengan alkohol 96% selama 15 menit, lalu ditutup dengan dek glass

2)      Cara kerja preparasi nyamuk
·      Ambil nyamuk dengan respirator, masukan ke bridder
·      Bius dengan chloroform, lalu taruh pada cawan petri
·      Identifikasi jenis nyamuk dengan mikroskop
·      Kertas yang telah di bentuk sesuai dengan pin punch, tusuk ujung kertas dengan jarum pinning
·      Oleskan kutek pada kertas yang telah ditusuk tadi
·      Kemudian ambil nyamuk dengan pinset
·      Taruh nyamuk pada kertas yang telah diolesi kutek tadi







BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Ø  Hasil identifasi tikus rumah
·         Tikus A (betina)
v  Pj Total =35,5 cm
v  Pj Kaki = 3,5 cm
v  PD telinga =1,5 cm
v  Pj ekor =19 cm
v  7 ekor tungau

·      Tikus B (jantan)
v  Pj total =31 cm
v  Pj kaki =3,5
v  PD telinga = 1,8 cm
v  Pj ekor = 17 cm
·      Tikus C (Betina)
v  Pj total = 30 cm
v  Pj kaki = 3 cm
v  PD telinga= 1,4 cm
v  PJ ekor =16 cm
Ø             
·      Tikus D
v  Pj total =19 cm
v  Pj kaki =2,5 cm
v  PD telinga =1 cm
v  Pj ekor =10 cm


Ø Hasil identifikasi nyamuk
·         Nyamuk Culex Sp.(betina)  =  2 ekor
·         Nyamuk Anopheles Kochi (betina) = 1 ekor
·         Nyamuk Armigeres Sp. = 1 ekor

B.       Pembahasan
Dari hasil identifikasi didapati 4 jenis tikus rumah sama sekali tidak terdapat pinjal, hanya di temukan pada tikus A(betina) 7 tungau. Sedangkan nyamuk yang di identifikasi di dapati 5 jenis culek dan 1 jenis anopheles.
Tikus yang akan di cari pinjalnya merupakan tikus jenis Rattus rattus diardii (tikus rumah) tidak tinggal ditanah tetapi disemak-semak dan atau diatap bangunan. Bantalan telapak kaki jenis tikus ini disesuaikan untuk kekuatan menarik dan memegang yang sangat baik. Hal ini karena pada bantalan telapak kaki terdapat guratan-guratan beralur, sedang pada rodensi penggali bantalan telapak kakinya halus.
Ciri-ciri tikus rumah mempunyai berat 80-300 gram, Hidung runcing, badan kecil,16-21 cm, ekor Lebih panjang dari kepala+badan,warna tua merata,tidak berambut 19-25cm, telinga Besar,tegak,tipis dan tak berambut, 25-28 mm, bulu abu-abu kecoklatan sampai kehitam-hitaman dibagian punggung,bagian perut kemungkinan putih atau abu-abu,hitam keabu-abuan.
Karena tidak terdapat pinjal pada tikus tersebut, jadi cara kerja preparasi pinjal hanya di sampaikan secara teori seperti yang disebutkan di atas. Preparasi pinjal berguna untuk mengawetkan pinjal agar dapat di simpan lama dan tidak mengalami kerusakan saat diperiksa.
Genus Anopheles mempunyai lebih kurang 300 jenis di dunia dan lebih dari 60 jenis di antaranya merupakan vektor malaria. Jumlah jenis Anopheles di Indonesia sangat banyak, meskipun tidak semuanya berperan sebagai vektor penyakit malaria melalui Plasmodium. Menurut catatan kepustakaan, terdapat 68 jenis Anopheles di Indonesia, tetapi yang berperan sebagai vektor malaria atau yang diduga dapat menjadi vektor malaria adalah sekitar 22 jenis.(R. Ameria Sumatri, 2005)
Nyamuk anopheles mempunyai ciri-ciri proboscis dan palpi sama panjang, scutellum berbentuk satu lengkungan (setengah lingkaran), urat sayap bernoda pucat dan gelap, jumbai biasanya terdapat noda pucat, pada palpi bergelang pucat atau sama sekali tidak bergelang, serta kaki panjang dan langsing.
            Nyamuk Culex pipiens adalah nyamuk rumah, jenis ini merupakan satu kelompok yang terdiri dari sejumlah sub jenis yang masing-masing mempunyai perbedaan ekologik dan karakteristik. Jenis ini terdapat di seluruh Dunia. Nyamuk Culex tidak hanya mengganggu dengan dengungan dan menggigit tetapi mereka juga penting bagi vector malaria unggas, cacar unggas, ensefalitis st. Louis orang dan nematode filarial Wucherecia bancrofti pada orang dan Dirofilaria munitis pada anjing.
BAB V
KESIMPULAN


Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat di tarik kesimpulan:
1.      Sebelum nyamuk dan pinjal di awetkan perlu di identifikasi terlebih dahulu agar lebih mudah dalam member label saat disimpan.
2.      Preparasi nyamuk dan pinjal berguna untuk mengawetkan nyamuk dan pinjal agar dapat di simpan lama dan tidak mengalami kerusakan saat diperiksa.











 


DAFTAR PUSTAKA



Amelia, R Sumatri dan Djoko T. Iskandar.2005. Kajian Keberagaman Genetik Nyamuk Anopheles barbirostris dan A. vagus di dua Daerah Endemik Penyakit Malaria di Jawa Barat. Jurnal Matematika dan Sains.Institut Teknologi Bandung. Vol. 10 No. 2
Chin, J.2000.Manual Pemberantasan Penyakit Menular.APHA.
Christopher.2009.Optimalisasi Kegiatan Pemeriksaan Jentik Berkala di Wilayah Kerja Pelabuhan Kampung Dalam Pekanbaru Faculty of Medicine;University of Riau.
Depkes RI.2003.Modul Entomologi Malaria.Direktorat Jendral PPM&PL.
Levine, N.D.1994.Parasitologi Veteriner.Yogyakarta;UGM Press.
Nurmaini.2001.Identifikasi Vektor dan Binatang Pengganggu Serta Pengendalian Anopheles aconitus Secara Sederhana;Universitas Sumatera Utara.
Pangerti,R.J.M,Edhie S,Siti Sundari Y.1995.Kontaminasi Dalam Pemeliharaan Hewan Percobaan Secara Konversional di Daerah Tropis.Cermin Dunia Kedokteran.No 101